Di banyak perusahaan Indonesia hari ini, AI makin jadi andalan. Mulai dari menulis laporan, buat presentasi, bahkan menjawab email klien semua tinggal klik pakai ChatGPT. Tapi, pertanyaannya:
Apakah ini membuat kerja jadi lebih produktif?
Atau malah diam-diam menurunkan kualitas berpikir SDM kita?
Sebuah studi dari MIT Media Lab memberikan sinyal bahaya. Mahasiswa yang selama 4 bulan terus-menerus menggunakan AI untuk menyusun esai ternyata mengalami penurunan fungsi otak, kehilangan memori jangka pendek, dan yang paling mengejutkan tidak lagi merasa memiliki pekerjaan yang mereka hasilkan.
Kalau mahasiswa bisa terdampak seperti itu, bagaimana dengan tim marketing, analyst, atau sales Anda?
Studi ini bukan sekadar peringatan dari Amerika. Ini relevan dengan realitas di Indonesia di mana banyak perusahaan berlomba-lomba adopsi AI, tanpa strategi pelatihan yang matang. Yang dikejar hanya efisiensi, tapi lupa bahwa manusia tetap harus terlibat secara sadar dalam proses kerja.
Bagi banyak perusahaan yang kini tengah giat menerapkan AI untuk efisiensi, hasil studi ini adalah wake-up call, bahwa teknologi tanpa pelatihan manusia yang memadai bisa menciptakan masalah baru: kemunduran kompetensi berpikir kritis, terutama di kalangan profesional muda.
Rangkuman Studi MIT: Otak Bisa "Malas" karena Terbiasa Disubstitusi AI
MIT membagi responden ke tiga kelompok mahasiswa untuk menulis esai: satu menggunakan ChatGPT sepenuhnya, satu hanya riset lewat Google, dan satu lagi menulis manual. Hasilnya? Kelompok yang mengandalkan AI mengalami penurunan signifikan dalam:
- Aktivitas gelombang otak,
- Daya serap informasi,
- Rasa kepemilikan terhadap konten mereka sendiri.
Bahkan, setelah berhenti menggunakan AI, penurunan kognitif itu masih berlanjut. Para peserta tidak mampu mengingat isi tulisan mereka, bahkan gagal mengutip argumen utama.
Baca juga: AI dan Masa Depan Karier
Apa Artinya Bagi Dunia Bisnis?
Banyak perusahaan di sektor pemerintahan, kesehatan, keuangan, hingga teknologi kini sedang mengadopsi Training AI untuk efisiensi kerja. Namun jika tidak dibarengi training perusahaan yang mendorong critical thinking dan cognitive ownership, karyawan bisa kehilangan daya analitik dan ketergantungan terhadap AI menjadi kronis.
Artinya, AI tidak menggantikan manusia, tapi manusia tetap harus relevan dan mampu berpikir.
BINAR Capacity Building: Solusi Training Perusahaan yang Seimbang antara AI & Human Skill
Di sinilah peran BINAR Capacity Building menjadi krusial. Kami membantu perusahaan menyeimbangkan efisiensi teknologi dan daya saing manusia lewat pelatihan komprehensif untuk:
✅ AI Literacy Training, bukan sekadar menggunakan tools, tapi memahami logikanya.
✅ Critical Thinking & Decision-Making Training, agar karyawan tetap tajam dalam mengambil keputusan.
✅ Prompt Engineering & Ethical AI, memahami cara berinteraksi dengan LLM (seperti GPT) secara etis dan efektif.
✅ Cognitive Reinforcement Programs, metode pelatihan yang tetap menstimulasi otak dalam setiap aktivitas digital.
Dengan kurikulum berbasis studi ilmiah, serta pendekatan praktis dari dunia kerja, kami tidak hanya melatih keterampilan, tapi juga membentuk digital thinkers di era AI.
AI Bukan Masalah, Ketidaksiapanlah Masalahnya
MIT tidak mengatakan "kita harus menghentikan penggunaan AI", "Sebaliknya kita harus lebih cerdas menggunakannya."
Perusahaan yang ingin bertahan di era AI bukan hanya yang cepat mengadopsi teknologi, tapi juga yang bisa menjaga kapabilitas berpikir manusia di dalamnya.
Ingin memastikan transformasi digital Anda tetap sehat secara kognitif?
👉 Mulailah dari sini, Konsultasi Training AI & Capacity Building bersama BINAR dengan isi form di bawah gratis
Di banyak perusahaan Indonesia hari ini, AI makin jadi andalan. Mulai dari menulis laporan, buat presentasi, bahkan menjawab email klien semua tinggal klik pakai ChatGPT. Tapi, pertanyaannya:
Apakah ini membuat kerja jadi lebih produktif?
Atau malah diam-diam menurunkan kualitas berpikir SDM kita?
Sebuah studi dari MIT Media Lab memberikan sinyal bahaya. Mahasiswa yang selama 4 bulan terus-menerus menggunakan AI untuk menyusun esai ternyata mengalami penurunan fungsi otak, kehilangan memori jangka pendek, dan yang paling mengejutkan tidak lagi merasa memiliki pekerjaan yang mereka hasilkan.
Kalau mahasiswa bisa terdampak seperti itu, bagaimana dengan tim marketing, analyst, atau sales Anda?
Studi ini bukan sekadar peringatan dari Amerika. Ini relevan dengan realitas di Indonesia di mana banyak perusahaan berlomba-lomba adopsi AI, tanpa strategi pelatihan yang matang. Yang dikejar hanya efisiensi, tapi lupa bahwa manusia tetap harus terlibat secara sadar dalam proses kerja.
Bagi banyak perusahaan yang kini tengah giat menerapkan AI untuk efisiensi, hasil studi ini adalah wake-up call, bahwa teknologi tanpa pelatihan manusia yang memadai bisa menciptakan masalah baru: kemunduran kompetensi berpikir kritis, terutama di kalangan profesional muda.
Rangkuman Studi MIT: Otak Bisa "Malas" karena Terbiasa Disubstitusi AI
MIT membagi responden ke tiga kelompok mahasiswa untuk menulis esai: satu menggunakan ChatGPT sepenuhnya, satu hanya riset lewat Google, dan satu lagi menulis manual. Hasilnya? Kelompok yang mengandalkan AI mengalami penurunan signifikan dalam:
- Aktivitas gelombang otak,
- Daya serap informasi,
- Rasa kepemilikan terhadap konten mereka sendiri.
Bahkan, setelah berhenti menggunakan AI, penurunan kognitif itu masih berlanjut. Para peserta tidak mampu mengingat isi tulisan mereka, bahkan gagal mengutip argumen utama.
Baca juga: AI dan Masa Depan Karier
Apa Artinya Bagi Dunia Bisnis?
Banyak perusahaan di sektor pemerintahan, kesehatan, keuangan, hingga teknologi kini sedang mengadopsi Training AI untuk efisiensi kerja. Namun jika tidak dibarengi training perusahaan yang mendorong critical thinking dan cognitive ownership, karyawan bisa kehilangan daya analitik dan ketergantungan terhadap AI menjadi kronis.
Artinya, AI tidak menggantikan manusia, tapi manusia tetap harus relevan dan mampu berpikir.
BINAR Capacity Building: Solusi Training Perusahaan yang Seimbang antara AI & Human Skill
Di sinilah peran BINAR Capacity Building menjadi krusial. Kami membantu perusahaan menyeimbangkan efisiensi teknologi dan daya saing manusia lewat pelatihan komprehensif untuk:
✅ AI Literacy Training, bukan sekadar menggunakan tools, tapi memahami logikanya.
✅ Critical Thinking & Decision-Making Training, agar karyawan tetap tajam dalam mengambil keputusan.
✅ Prompt Engineering & Ethical AI, memahami cara berinteraksi dengan LLM (seperti GPT) secara etis dan efektif.
✅ Cognitive Reinforcement Programs, metode pelatihan yang tetap menstimulasi otak dalam setiap aktivitas digital.
Dengan kurikulum berbasis studi ilmiah, serta pendekatan praktis dari dunia kerja, kami tidak hanya melatih keterampilan, tapi juga membentuk digital thinkers di era AI.
AI Bukan Masalah, Ketidaksiapanlah Masalahnya
MIT tidak mengatakan "kita harus menghentikan penggunaan AI", "Sebaliknya kita harus lebih cerdas menggunakannya."
Perusahaan yang ingin bertahan di era AI bukan hanya yang cepat mengadopsi teknologi, tapi juga yang bisa menjaga kapabilitas berpikir manusia di dalamnya.
Ingin memastikan transformasi digital Anda tetap sehat secara kognitif?
👉 Mulailah dari sini, Konsultasi Training AI & Capacity Building bersama BINAR dengan isi form di bawah gratis